Perjalanan menggunakan perahu atau speed
 boat sangat mengasyikkan kalau lautnya sedang teduh, tetapi menjadi 
ancaman berat ketika terjadi gelombang dan angin kecang pada musim 
barat. Namun bagi warga Alor, ancaman di laut bukan hanya cuaca, tetapi 
juga makhluk-makhluk halus yang menghuni lautan. Ya, hantu laut. Bagi 
mereka, hal-hal yang bersifat mistis itu bukan sekadar cerita. Banyak 
dari mereka sudah mengalaminya secara langsung. Mereka pun sudah tahu 
caranya menghindar dari ancaman hantu laut tersebut.
Min Muksin Kunimau, yang dikenal sebagai
 pelaut ulung atau driver speed boat handal di Kabupaten Alor dan 
jasanya sering dipakai para pejabat atau warga lainnya di daerah itu. 
Kepada Pos Kupang di Pantai Dulionong, Binongko, mengatakan jam 
terbangnya sebagai juragan speed boat atau perahu tak terhitung lagi. 
Jarak yang ditempuhnya juga bukan hanya dari Kalabahi ke pulau-pulau 
atau wilayah lain di Kabupaten Alor.
Atapupu, Wini, Dili, Kupang, Wairiang, 
Lewoleba, Waiwerang dan Larantuka sudah sering menjadi tempat tujuan 
pelayarannya. Waktu perjalanannya juga tidak bisa ditentukan. Laut teduh
 ataupun badai, kalau sudah dipesan, dia harus siap mengarungi laut 
untuk mengantar penumpang sampai di tempat tujuan. Min mengungkapkan, 
keberaniannya di laut, demikian juga sejumlah pelaut lain di kabupaten 
Alor, bukan karena modal nekat saja.
Melainkan karena memiliki rasa percaya 
diri dan mampu menaati sejumlah pantangan yang diajarkan leluhur mereka 
mengenai kehidupan di laut. Menurut Min, tantangan yang paling berat 
dalam pelayaran bukan masalah cuaca atau kondisi laut, melainkan hantu 
laut. Menurut Min, laut di Kabupaten Alor ini banyak hantunya. Dia 
sering menjumpainya di sekitar Selat Ombay dan Tanjung Marica di 
Kecamatan Pantar Barat Laut (PBL).
Hantu laut biasanya muncul menyerupai 
kapal besar dengan cahaya yang terang sekali. Cahayanya tidak menerangi 
permukaan laut, tetapi memancar ke langit. Hantu laut berupa kapal itu 
berganti-ganti warna menjadi hitam, merah, biru, hijau atau putih. 
Sebagai pelaut, Min mengaku sudah tahu caranya agar tidak menjadi korban
 ketika melihat atau bertemu hantu laut. Hantu laut biasanya muncul pada
 malam hari.
Agar luput dari gangguan hantu, para 
pelaut biasanya membaca mantra. Lebih dari itu, semua cahaya di atas 
perahu atau speed boat dimatikan. Cahaya lampu atau senter atau api 
rokok harus dimatikan. “Sebab, setan laut akan datang mendekat kalau 
melihat cahaya seperti itu. Baca-baca mantra untuk memindahkannya juga 
tidak akan mempan. Sebaliknya, perahu atau speed boat yang kita tumpangi
 akan menuju hantu laut dan menabraknya. Pada saat itulah terjadi 
korban” tandas Min.
Min mengatakan, bila melihat hal-hal 
aneh tersebut dalam pelayaran, maka semua kru harus bisa menenangkan 
diri dan tidak panik atau ketakutan. Selanjutnya, berupaya memindahkan 
haluan untuk terus melanjutkan perjalanan. Min mengatakan, bentuk hantu 
laut, selain seperti kapal, kadang-kadang juga muncul seperti karang di 
tengah laut.
Cara-cara tradisional digunakan untuk 
menghindarinya. “Banyak kepercayaan orang tua di kampung yang diwariskan
 kepada kita untuk menghadapi lingkungan ini. Tetapi banyak yang telah 
dilupakan oleh anak-anak saat ini” ungkap Min.
 
 
No comments:
Post a Comment